welcome to my blog :)

hidup hanya sekali mari berkreasi :)

Selasa, 26 Juni 2012

PART2


TINTIN PART2
Tintin digambarkan memiliki sikap yang selalu ingin tahu, berjiwa mulia dan pemaaf. Sedangkan sikap idealismenya membuatnya banyak dikagumi oleh orang-orang yang pernah bertemu dengannya, namun tidak kurang juga karena sifatnya itu menempatkannya dalam keadaan yang berbahaya dan menjadi penyeimbang dari sifat-sifat skeptis ataupun putus asa dari karakter lainnya, misalnya Kapten Haddock. Pandangan politiknya juga tidak pernah jelas memihak yang mana, seperti ditemui dalam semua episodenya, dan teramat jarang terlihat ia mengemukannya pandangan politiknya. Terkecuali pada cerita-cerita awal seperti pada Tintin di Tanah Sovyet dan Tintin di Congo, digambarkan bahwa ia sangat bangga sebagai orang Belgia dan penganut agama Katolik yang taat. Namun pada buku-buku selanjutnya hal ini sangat dihindari. Pandangan-pandangannya selalu berubah dari waktu ke waktu, tergantung dari situasi yang sedang dihadapinya, sehingga ia bisa digolongkan sebagai orang yang cinta damai, yang ditunjukkan dengan ketidak sukaannya akan perang. Hanya dalam halaman awal dari Tintin dan Picaros, digambarkan ia memakai helm sepeda motor dengan simbol perdamaian.
Hingga akhir cerita, karakternya berubah cukup signifikan, dimana jikalau di awal-awal cerita digambarkan dia selalu aktif mencari petualangan-petualangan baru. Namun di episode-episode berikutnya, Tintin lebih digambarkan masuk ke dalam suatu petualangan dikarenakan situasi di sekelilingnya yang di luar dari kontrolnya. Hal ini bisa dilihat pada episode Penerbangan 714 ke Sydney dimana dia diculik atau dalam episode Tintin dan Picaros, dimana dia berusaha untuk menolong teman baiknya. Dalam dua episode tersebut terlihat jelas, dia kehilangan semangatnya untuk berpetualang atas inisiatifnya sendiri sesuai dengan jiwa mudanya, namun digantikan oleh kewajaran semata. Hal ini menimbulkan perdebatan yang cukup sengit antara pembaca-pembacanya dan para kritikus, tentang perubahan ini semua, sehingga tidak mengherankan karyanya ini menuai banyak kritikan negatif. Para kritikus berpendapat bahwa buku-buku ini mewakili keanehan-keanehan, ataupun teka-teki, sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa perubahan karakternya itu adalah penggambaran sifatnya yang lebih komplek.
Hergé menyanggahnya dengan menyatakan bahwa, dalam kariernya yang semakin dewasa, "Tintin telah kehilangan kontrol, dia tidak menjadi tokoh utama lagi, namun ia menjadi bagian dari cerita."Namun dalam episode yang tidak terselesaikan oleh Hergé, Tintin dan Alph-Art, Tintin menemukan kembali gairahnya untuk lebih aktif mencari petualangan baru.
Beberapa saat sebelum meninggal dunia, seorang bekas kaki tangan Nazi Jerman berkebangsaan Belgia, Léon Degrelle membuat suatu pernyataan kontroversial dimana ia menyatakan bahwa Tintin sebenarnya diciptakan dari karakter pribadinya.Degrelle memang mengenal Hergé dalam awal-awal kariernya sebagai wartawan, namun pernyataannya itu hanyalah usahanya untuk membela dirinya dari tuduhan sebagai kaki tangan Nazi Jerman dengan menampilkan sisi baiknya sebagai seorang Tintin
Di awal-awal episodenya, Tintin diinspirasikan oleh adik laki-laki dari Hergé, Paul Remi, seorang prajurit karier. Karena seringnya diolok-olok oleh temannya sebagai "Mayor Tintin" oleh teman-temannya, Paul kemudian memotong rambutnya mengikuti gaya potongan rambut alat Erich von Stroheim. Dengan model rambutnya yang baru Hergé menjadikannya model untuk penjahat bernama Kolonel Sponsz di Penculikan Lakmus. Tintin dan Sponsz, walaupun secara bentuk fisik amat berbeda, namun sebenarnya memiliki model rambut yang hampir mirip.
Dalam mendesain pakaian yang akan dipakai oleh Tintin, Hergé mendapatkan idenya dari berbagai sumber. Seorang teman sekolah Hergé dari St Boniface, yang benama Charles, telah mengambil gaya berbusana "plus fours" dan memakai kaos kaki yang memiliki pola "Argyle", yang mana membuatnya menjadi bahan ejekan dari teman-temannya. Gaya berbusana plus four adalah memakai celana yang panjangnya 4 inchi dibawah lutut. Gaya ini diasosikan dengan gaya berpakaian para olahragawan sejak tahun 1860-an dan seringnya dipakai dalam olahraga golf. Sedangkan motif argyle adalah suatu motif yang terbuat dari bentuk jajaran genjang yang tersusun secara diagonal, sebagaimana yang terlihat pada foto disamping. Harry Thompson mencatat, bahwa ide tersebut sedikit memberi warna pada cerita serial ini, dan menyarankan jika saja "Hergé menjadi pengikut dari laughers, maka sebuah elemen kesalahan telah disertakan dalam penulisannya.”
Tiga buku awal dari serial ini, terlihat Tintin mengunjungi tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh seorang fotographer bernama Robert Sexé, yang terekam pada surat kabar terbitan Belgia dari sejak pertengahan hingga akhir tahun 1920-an. Sexé dilahirkan pada tahun 1890 di suatu daerah yang bernama La Roche-sur-Yon di Vendée di bagian Barat dari Perancis. Janpol Schulz menuliskan sebuah biografi yang menceritakan tentang Robert Sexé, dan diberikan judul "Sexé au pays des Soviets" (Sexé di tanah Soviet) yang sekilas memiliki judul yang hampir sama dengan episode pertama dari serial komik "Petualangan Tintin".
Robert Sexé dikenali memiliki perawakan sebagaimana layakna tokoh Tintin, dan Yayasan Hergé yang berpusat di Belgiapun mengakui bahwa tidak sulit dibayangkan bagaimana seorang Hergé mendapatkan pengaruh yang cukup kuat dari seorang Sexé. Pada masa itu, Sexé telah berkelana ke seluruh penjuru dunia dengan mengendarai sebuah sepeda motor yang dibuat oleh Gillet of Herstal. René Milhoux adalah juara dunia dan pemegang rekor untuk kejuaraan sepeda motor pada masa itu, dan pada tahun 1928, sedangkan pada saat yang bersamaa, Sexé sedang berada di Herstal dan sedang berdiskusi dengan Léon Gillet tentang rencana besarnya. Gillet pun mempertemukannya dengan sang juara dunia, Milhoux. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kedua orang ini menjadi teman baik, dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam membicarakan tentang sepeda motor, dimana Sexé menjelaskan tentang kebutuhan-kebutuhannya dan Milhoux membagi pengetahuannya atas dunia mekanik serta bagaimana membuat sepeda motor-sepeda motor tersebut memberikan kemampuan maksimalnya dalam suatu lomba. Dengan menyatunya dua manusia ini, maka Robert Sexé dapat pergi berkelana ke seluruh penjuru dunia, dan menuliskannya sebagai suatu karya yang tidak ternilai harganya untuk dunia kewartawanan. Sekjen dari Yayasan Hergé di Belgia mengakui bahwasanya seorang Hergé, sangat terpengaruh oleh kedua manusia yang luar biasa ini sehingga terciptalah tokoh Tintin seorang wartawan muda yang suka berpetualang dan temannya yang setia Milo (Snowy).
Hergé sendiripun mengaui bahwa sedikit banyak Tintin hidup dalam dirinya, dan walaupun dalam suatu rekaman wawancara yang dilakukan pada tahun 1947 bahwa "Tintin itu bukan aku, dan jika dia harus hidup dalam dunia ini, maka ia adalah suatu mahakarya sempurna dari-Nya dan membuatku tak habis-habisnya menggali karaternya", namun di lain waktu dia menyatakan bahwa "Tintin, c'est moi!" ("Tintin itu ya aku!").
SUMBER: http://id.wikipedia.org/wiki/Tintin_dan_Milo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar